Minggu, 06 April 2014

Surat Paulus




Berjalan dalam Roh
Ulasan Eksegetis - Teologis atas Gal. 5:16-26

16 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.
17 Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.
18 Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.
19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -seperti yang telah kubuat dahulu- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,
26 dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.

1.        Catatan Awal
Nasihat-nasihat Paulus kepada jemaat di Galatia dalam perikop ini diawali dari perikop sebelumnya (5:13-15). Tiga ayat sebelumnya tersebut mengingatkan jemaat di Galatia bahwa mereka telah dipanggil kepada kemerdekaan. Paulus memperingatkan mereka bahwa jika mereka tidak hidup berdasarkan kasih, kemerdekaan itu akan mereka pergunakan sebagai kesempatan untuk hidup dalam daging (dosa). Dalam Gal. 5:16-26, parenesis menjadi lebih eksplisit. Setelah mengingatkan jemaat di Galatia untuk tidak menyalahgunakan kemerdekaan, dan setelah menasehati mereka supaya hidup berdasarkan kasih, Paulus menyatakan perbuatan daging sebagai perbuatan yang menyalahgunakan kemerdekaan, dan buah-buah Roh sebagai pemenuhan hukum Taurat.
Paulus menjelaskan bahwa jemaat di Galatia yang tidak memberi diri dipimpin oleh Roh, mereka tidak hidup di bawah hukum Taurat. Jika jemaat Galatia “berjalan” dengan Roh, “dipimpin” oleh Roh, dan “mengikuti” Roh, Roh akan menghasilkan buah dan buah tersebut menyertai mereka. Sebaliknya, jika mereka hidup dalam daging, mereka akan melakukan perbuatan-perbuatan daging. Dalam perikope ini, Paulus membuat lima belas contoh perbuatan daging dan sembilan wujud buah-buah Roh.

2.        Pembagian Unit
Pembagian dalam perikop Gal 5:16-26, dapat disusun dalam tiga unit besar, antara lain:
a.       Pertentangan daging dan Roh (ay. 16-18)
·         Ay. 16              bagaimana untuk mengatasi keinginan daging
·         Ay. 17              alasan jemaat di Galatia tidak dapat melakukan apa yang mereka                                                                            inginkan
·         Ay. 18              konsekuensi hidup dalam pimpinan Roh             
b.      Perbuatan daging dan buah-buah Roh (ay. 19-23)
·         Ay. 19-21a       perbuatan daging
·         Ay. 21b            siapa yang tidak akan mengambil bagian dalam Kerajaan Allah
·         Ay. 22-22        buah-buah Roh
c.       Tiga konklusi (ay. 24-26)
·         Ay. 24              dalam Kristus, keinginan daging ikut disalibkan
·         Ay. 25              ajakan untuk hidup dalam Roh
·         Ay. 26              ajakan untuk menghindari provokasi antar sesama

3.        Tafsiran atas Gal. 5:16-26

Pertentangan antara hidup dalam Roh dengan keinginan daging (ay. 16-18). Dalam ayat-ayat ini, Paulus menetapkan secara kontras pertentangan antara Roh dan daging. Roh (pneuma) yang dimaksud adalah Roh Allah sedangkan daging (sarx) menunjuk pada sisi kemanusiaan yang cacat. Mereka yang telah disatukan dengan Kristus telah menerima Roh-Nya; mereka memiliki sifat spiritual sebab mereka tinggal dalam dunia Roh. Sebaliknya, mereka yang tidak disatukan dengan Kristus tidak menerima Roh; mereka bersifat jasmaniah karena mereka hidup dalam dunia daging.
Nasihat pertama Paulus kepada jemaat di Galatia ialah supaya mereka ‘berjalan’ dan dipimpin oleh Roh. Ungkapan “berjalan” dalam Roh berkaitan dengan ide ‘berjalan’ (halak: Hebrew) dalam perintah Tuhan. Dalam Ul. 5:33, Musa berkata, “Kamu harus berjalan sesuai dengan jalan yang telah ditunjukkan dan diperintahkan Allah kepadamu, supaya kamu hidup, dan selamatlah kamu”. Sementara itu dalam Mazmur dikatakan, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, atau duduk dalam perhimpunan orang pengolok; melainkan yang suka akan hukum Tuhan dan yang memikirkan hukum itu baik siang maupun malam” (Mzm. 1:1-2). Dengan berjalan dalam dan bersama Roh, Paulus meyakini jemaat Galatia tidak akan dipenuhi dengan permintaan/keinginan daging.
Dalam teologi Paulus, Roh dan daging adalah dua kenyataan yang berdiri sendiri dan saling bertentangan. Keinginan daging mencari kepuasan sendiri, sedangkan Roh mencari kepuasan di dalam Allah. Dua kenyataan ini tidak dapat hidup bersama. Oleh karena keduanya saling bertentangan, jemaat di Galatia tidak dapat melakukan setiap kali apa yang mereka inginkan.
Pada akhir ayat 17 (‘sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki’) dapat diinterpretasikan dalam beberapa hal:
a.       Beberapa pemahaman mengartikan bahwa jemaat di Galatia tidak dapat melakukan apa yang mereka inginkan karena terhalang akan keinginan daging.
b.      Hal lain diartikan bahwa jemaat di Galatia tidak dapat melakukan apa yang mereka karena Roh berperang melawan keinginan daging.
c.       Hal lain lagi dikaitkan dengan situasi di mana Roh dan daging sangat berperan dalam kehidupan mereka.
Sebagai hasilnya, jemaat di Galatia melihat Roh dan daging sebagai dua kekuatan yang menghalangi tindakan yang satu dengan tindakan yang lain. Arah dari bagian ini ialah bahwa jemaat di Galatia tidak akan memenuhi keinganan daging jika mereka berjalan bersama Roh. Dalam hal ini Barclay berpendapat bahwa Paulus meyakini jemaat di Galatia tidak berada dalam pengaruh libertinisme, yang bertindak sesuai dengan keinganan mereka.

Perbuatan daging dan buah-buah Roh (ay. 19-23). Setelah mendeskripsikan pertentangan antara daging dan Roh, kini Paulus memberikan jemaat di Galatia dua daftar perbuatan daging dan buah-buah Roh. Daftar ini menunjuk pada sifat-sifat buruk dan sifat-sifat baik. Di sini, Paulus menyajikan kembali tradisi populer dari para filsuf moral mengenai sifa-sifat buruk dan baik. Misalkan filsuf Stoicisme.
Meskipun daftar sifat-sifat buruk dan baik yang ditulis oleh Paulus berbentuk seperti ajaran para filsuf moral, Gal 5:19-23 bukan mau menunjukkan daftar sifat-sifat tersebut seperti halnya dalan budaya Helenis. Di sini, Paulus lebih menekankan soal dosa dan rahmat dari pada sifat baik atau sifat buruk.
Untuk membantu dalam memahami Gal. 5:19-23 ditemukan dalam Dead Sea Scroll, Manual of Discipline (1QS 3 :13-4 :26). Dalam 1QS ditemukan contoh aliran “Dua Jalan”, sebuah aliran yang ditemukan dalam literatur Kristen awal pada abad kedua (Didache 1-5, Surat Barnabas 18-20, dan  Pastor Hermas, Mandate 6, 2). Menurut 1QS, Allah memberikan dua roh yang menyertai manusia dalam “berjalan”  menuju pada hari kedatangan Allah yang kedua. Roh yang satu disebut roh kebenaran, roh yang bersumber dan mengarahkan kepada terang. Roh yang kedua disebut roh pendusta yang bersumber dari kegelapan. Roh kebenaran mengarahkan manusia kepada “kerendahan hati, kesabaran, kelimpahan rahmat, kebaikan yang tanpa batas, pengertian, dan pemanahan” (1QS 4 :3). Sementara itu roh pendusta membuat manusia ke arah “ketamakan dan kelesuan dalam pencarian kebenaran, kejahatan dan kebohongan, keangkuhan dan kebanggaan diri, kepalsuan dan penipuan, kekejaman dan kebusukan” (1QS 4 :9, 11).
Menurut Paulus, perbuatan daging (ta erga tes sarkos) secara jelas dilihat dalam keseluruhannya. Perbuatan-perbuatan daging  tersebut berasal dari kekuatan daging yang telah menjadi satu unsur dalam kebiasaan dengan perhatian pada diri sendiri dan mengorbankan orang lain. Perbuatan daging merupakan manifestasi dari sisi kemanusiaan yang selalu terarah pada diri sendiri.
Dalam ay. 19-21a, Paulus mendaftar lima belas perbuatan daging di mana dapat dikategorikan dalam: (1) perbuatan seksual (percabulan, pencemaran, hawa nafsu); (2) idolatria (penyembahan berhala, sihir); (3) perselisihan (perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah); dan (4) kesenangan diri (kedengkian, kemabukan, pesta pora). Daftar ini dimulai dengan porneia (“percabulan”), sebuah kebiasaan dari bangsa asing yang tidak mengenal Taurat. Dari porneia muncul pencemaran dan hawa nafsu. Seperti porneia, penyembahan berhala juga merupakan ciri khas dari bangsa asing yang tidak mengenal Allah karena mereka belum mengenal Taurat.
Tindakan perselisihan mendominasi dari daftar sifat buruk ini (tujuh dari lima belas sifat buruk). Selain itu, ada sifat-sifat buruk yang tidak ditemukan dalam filsafat moral, yakni, dichostasia (perselisihan), hairesis (roh pemecah), dan echthra (permusuhan). Tiga hal ini menunjukkan situasi konkrit yang terjadi di Galatia. Lingkungan di komunitas Galatia telah dirundung perselisihan antar mereka, situasi ini ditunjukkan Paulus dalam Gal. 5:15, Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan dan Gal. 5:26, Janganlah kita saling menantang dan saling mendengki. Perbuatan daging yang terakhir ialah kesenangan diri, memperkuat dari daftar-daftar sifat yang sebelumnya. Perselisihan berasal dari kesenangan diri.
Sebelum mendeskripsikan bah-buah Roh, Paulus memberikan peringatan. Bagi orang yang melakukan pekerjaan daging, ia tidak akan mengambil bagian dalam Kerajaan Allah. Peringatan ini menyatakan bahwa Gal. 5:19-21a lebih merupakan daftar sifat buruk yang bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan. Perbuatan daging akan mendatangkan hukuman pada penghakiman terakhir.
Daftar yang kedua disebut dengan perbuatan Roh. Ungkapan ‘buah-buah Roh’ lebih mengungkapkan rahmat yang diberikan Roh dari pada usaha manusia sendiri. Dalam Gal. 6:9, Paulus menasehati jemaat di Galatia untuk tidak jemu-jemu dalan berbuat baik (to de kalon poiountes me egakakomen), dan dalam Gal. 6:10 Paulus menuliskan , “Marilah kita berbuat baik kepada semua orang” (ergazometha to agathon pros pantas). Dengan kata lain, Paulus tidak menolak untuk mengatakan ‘berbuatlah kebaikan’ dan dia sungguh sadar bahwa moral hidup Kristen membutuhkan daya dan usaha.
Berbeda dengan daftar pertama (sifat-sifat buruk) yang kurang teratur dan agak kacau, dalam daftar sifat-sifat baik ini, terdapat tiga rangkaian yang dirasa saling berkaitan, teratur, dan harmonis, antara lain:
a.       Kasih, suka cita, dan damai
b.      Kesabaran, kemurahan, dan kebaikan
c.       Kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.

Kecuali egkrateia (pengendalian/penguasaan diri) sifat-sifat baik yang ada dalam daftar dilatarbelakangi dari literatur Kitab Suci. Agape (kasih) menjadi kepala dan sumber dari sifat-sifat baik lain yang telah ditulis Paulus. Tanpa “kasih”, segala sesuatu menjadi tidak berarti (bdk. 1 Kor. 13:1-3). Agape mempunyai perbedaan yang sangat kontras dengan porneia, yang adalah sifat buruk yang paling utama. Mengenai agape, Paulus mengatakan, “hanya iman yang bekerja oleh kasih”. Paulus juga menegaskan bahwa iman yang hidup berarti iman yang dinyatakan dalam kasih (Gal 5 :13). ‘Suka cita’ dan ‘damai’ melengkapi tiga hal sifat utama yang menjadi ciri pewartaan Paulus (Rom. 14:17; 15:13).
Kasih, suka cita, dan damai menjadi sifat baik yang sungguh kontras dengan perselisihan yang merupakan hasil dari perbuatan daging. Kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, dan kelemahlembutan dipertentangkan dengan perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, dan pesta pora. Sementara itu, penguasaan diri menjadi penyembuh akan penderitaan dan kemabukan. Dengan kata lain, keinginan daging dan keinginan Roh merupakan dua daya yang saling bertentangan (Gal. 5:17). Maka, seseorang yang mementingkan diri sendiri dan hidup dalam perselisihan, ia tak akan menerima kebaikan dalam kesatuan dengan sesamanya.
Paulus menutup daftar ini dengan mengatakan, “Tidak ada hukum yang menentang hal itu”. Tidak ada Hukum yang menentangnya karena sifat-sifat baik tersebut nyata dalam Roh. Hal ini sebagaimana ditulis dalam ayat 18, “Jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.” Dengan demikian apakah  jemaat di Galatia dipimpin oleh Roh, mereka dapat melakukan dan menemukannya secara bebas dalam Hukum Taurat, bukan melawan Taurat. Maka, buah-buah Roh bukanlah daftar kebaikan seperti halnya dalam filsafat moral yang dimengerti dalam kata “virtue”.

4.        Catatan Akhir/Konklusi

Tiga konklusi (ay. 24-26). Setelah mengklarifikasi perbedaan antara perbuatan daging dan buah-buah Roh, Paulus menutup dengan tiga konklusi (kesimpulan). Pertama, dalam Kristus, keinginan daging seperti hawa nafsu dan keinginannya ikut disalibkan dalam Dia. Hal ini diungkapkan oleh Paulus dalam Gal 2:19, “Aku disalibkan bersama Kristus”. Di sini, bagi orang beriman, keinginan daging ditransformasikan ke dunia Roh berkat salib Kristus.
Konklusi yang kedua berupa nasihat. Jika jemaat di Galatia hidup dalam Roh, itu berarti mereka membiarkan diri untuk berada di bawah pimpinan Roh. Hal ini telah diungkapkan Paulus dalam Gal. 1:16, “berjalan dengan Roh” sebagai bentuk konklusi. Berkaitan dengan hal ini, Paulus menuliskan dalam Gal. 3:1-6 di mana Paulus berkata bagi jemaat di Galatia apakah mereka menerima Roh dari hukum Taurat ataukah karena pemberitaan Injil. Jemaat Galatia menikmati hidup dalam Roh karena perbuatan Allah dalam Kristus. Namun hidup dalam Roh belum dinyatakan cukup; satu hal yang paling penting ialah membiarkan diri untuk dipimpin oleh Roh.         
Konklusi yang ketiga berkaitan dengan situasi komunitas di Galatia. Ayat 15 dan 19-21a menunjukkan situasi di Galatia. Orang-orang Galatia telah menerima Roh, mereka hidup dalam Roh, sementara kesenangan-kesenagan daging masih tinggal di antara mereka. Hal ini mengharuskan jemaat Galatia untuk tetap berjalan dan memberi diri untuk dipimpin oleh Roh. Moralitas kristiani bukanlah hal yang otomatis; buah-buah Roh memanggil mereka secara aktif untuk menjadi orang yang beriman dalam Kristus.

Sumber:
Raymond F. Collins. Galatians. Collegeville-Minnesota: The Liturgical Press, 1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar