Selasa, 12 Januari 2016

Maria Asumpta



Maria Diangkat ke dalam Kemuliaan Surgawi
(Maria Asumpta)

Salah satu dogmatentang Maria dalam Gereja Katolik adalah Maria diangkat ke dalam kemuliaan surgawi, atau sering disebut dengan Maria Asumpta. Sejak Konsili Vatikan I, dogma tentang Maria Asumpta sudah dicoba untuk dideklarasikan oleh para bapa konsili. Namun karena perang, dogma ini tidak jadi dideklarasikan. Akhirnya pada 1 Mei 1946, Paus Pius XII menerbitkan dokumen Deiparae Virginis, sebuah dokumen yang meminta tanggapan dari para uskup sedunia untuk mendogmakan Maria Asumpta. Setelah mendapat banyak dukungan, Paus Pius XII mempromulgasikan dogma ini pada tanggal 1 November 1950 dalam Konstitusi dogmatis Munificentissimus Deus (MD). Tanggal 15 Agustus menjadi perayaan Pesta Maria Diangkat ke Surga (Maria Assumpta) hingga kini.
Dasar dogma Maria Asumpta tidak terletak pada data atau kenyataan historis-empiris, melainkan didasarkan atas pertimbangan teologis. Pertama, Santa Perawan Maria memang pantas diikutsertakan dalam kemuliaan Putra-Nya. Yesus Kristus Kristus naik ke surga dengan jiwa dan badan, maka pantaslah Maria juga diangkat dengan cara mirip dengan Kristus. Kedua, dalam hidup ini Maria diikutsertakan sepenuhnya dalam karya penyelamatan Yesus Kristus. Jadi pantaslah Maria disertakan dalam kebangkitan, juga sebelum hari akhirat. Ketiga, dogma Maria Asumpta mempunyai dasar dalam Kitab Suci, yaitu dalam penggambaran umum mengenai Maria sebagai Bunda Yesus, tetap perawan dan serba suci. Keempat, argumen yang menentukan adalah bahwa sejak berabad-abad lamanya Gereja secara sepakat memandang pokok ini sebagai ajaran iman. Dogma Maria Assumta ini dikeluarkan atas dasar iman umat beriman atas praktek dan keyakinannya dalam Gereja.
Dari keempat landasan teologis tersebut, Gereja hendak mengajarkan keyakinan imannya tentang Maria bahwa ia telah mencapai kemuliaan dan kebahagiaan menyeluruh sebagai penggenapan Allah atas janji-Nya. Meskipun banyak orang yang berpendapat bahwa Maria dimakamkan di Efesus setelah ia meninggal, bahkan ada tradisi lain lagi yang mengatakan bahwa Maria dikubur di Yerusalem, Gereja tidak akan mengubah pandangan akan dogma ini. Sekalipun nantinya para antropolog menemukan kubur Maria, Gereja juga tetap berpegang teguh pada ajaran dogma ini. Alasannya bersifat teologis. Jika Maria mati seperti manusia berdosa, maka Allah tidak adil terhadap Maria dan dunia, karena Maria memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh manusia berdosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar