dan Contoh Penafsiran atas Kitab Wahyu
1.
Pengantar
Ada lima tulisan dalam Perjanjian Baru yang diyakini oleh tradisi
patristik sebagai tulisan Yohanes. Kelima tulisan itu antara lain: Injil
Yohanes (injil keempat), 1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes, dan Kitab Wahyu. Sebenarnya
masih muncul perdebatan di kalangan ahli Kitab Suci apakah kelima tulisan ini
ditulis oleh satu pengarang, yakni Yohanes. Namun beberapa kesamaan dan
kemiripan dalam penggunaan kosakata, gaya penulisan, tema, serta
gagasan-gagasan teologis yang terkandung dalam kelima tulisan tersebut membuat
banyak ahli (bapa-bapa patristik) menarik kesimpulan bahwa tulisan-tulisan
tersebut adalah tulisan-tulisan Yohanes.
2.
Isi Tulisan-tulisan Yohanes (kecuali Injil Yohanes)
2.1
Surat 1 Yohanes
Surat 1 Yohanes ditulis dengan latarbelakang karena maraknya ajaran
palsu mengenai keselamatan dalam Kristus dan cara bekerjanya di dalam diri
orang percaya. Karena itu, tulisan ini ditulis dengan maksud untuk menyangkal
doktrin dan etika yang salah dari para guru palsu atau anti kristus. Para guru
palsu mengajarkan bahwa Yesus sebagai Anak Allah tidak sungguh-sungguh menjadi
manusia, penjelmaan itu hanya bersifat semu belaka. Pandangan ini berdampak
pada kisah sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus sebagai kisah fiktif yang
tidak pernah terjadi.
Melalui alasan di atas, surat 1 Yohanes bisa disebut juga sebagai apologia yang dipakai untuk melawan
pandangan bahwa Yesus bukan sungguh-sungguh manusia (anti kristus). Sebagaimana
surat 2 Petrus dan Yudas, tulisan ini dengan semangat menolak dan menghukum
anti kristus dengan ajaran dan kelakuan mereka yang merusak (1 Yoh.
2:18-19,22-23,26).
Surat ini juga ditulis dengan maksud untuk memelihara iman jemaat dari
ajaran-ajaran yang menyimpang pada saat itu. Surat ini adalah nasehat bagi
jemaat agar mengejar suatu kehidupan persekutuan yang kudus dengan Allah, di
mana dalam tulisan ini dilukiskan bahwa Allah adalah Terang (1:5); Allah adalah
Adil (2:29), dan Allah adalah Cinta (4:8).
2.2
Surat 2 Yohanes
Surat 2 Yohanes menggarisbawahi suatu peringatan bagi jemaat
sebagaimana yang terdapat dalam 1 Yohanes mengenai anti Kristus yang menyangkal
penjelmaan Yesus Kristus dan menyimpang dari ajaran para rasul (2 Yoh. 1:7-8).
Pokok ajaran 2 Yohanes adalah iman dan
kasih sebagai sikap manusia untuk
bersatu dengan Allah. Kasih dan iman yang sejati terwujud dalam menaati
perintah Kristus dan mengasihi sesama (2 Yoh. 1:6). Kasih itu mampu membedakan antara kebenaran
dan kesalahan. Menerima ajaran anti Kristus berarti berpartisipasi dalam
kesalahan mereka.
2.3
Surat 3 Yohanes
Yohanes menulis surat ini untuk memuji Gayus atas kesetiaannya
menyediakan tumpangan dan bantuan bagi para pekerja keliling yang dapat
diandalkan. Tulisan ini juga hendak mengawaskan akan sikap Diotrefes (si
pemberontak) yang ambisius dan menutup diri terhadap kebenaran iman. Cinta dan
keharmonisan komunitas Kristen menjadi tema khas dari 3 Yohanes ini.
2.4
Kitab Wahyu
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir, istimewa, dan
khas. Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kiatan dengan isinya, suatu
nubuat dalam kaitan dengan beritanya, dan suatu surat dalam kaitannya dengan
alamat tujuannya. Dengan menggunakan gaya sastra apokaliptik dalam bentuk
nubuat, Yohanes menggambarkan kejadian-kejadian menjelang akhir abad pertama
atau awal abad kedua dan mengarahkan jemaat yang hidup pada masa itu untuk
tetap beriman kepada Kristus.
Isi Kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan
Domitianus yang menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia “tuhan dan
allah”. Inilah tantangan iman jemaat Kristen pada saat itu di mana mereka
berada pada tekanan dari kekaisaran. Ini berarti bahwa kitab Wahyu ditulis pada
suatu masa ketika orang beriman mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena
kesaksian iman mereka.
Melalui tulisan ini, Yohanes hendak meneguhkan iman, ketetapan hati,
dan kesetian jemaat Kristen kepada Yesus Kristus, serta memberi semangat kepada
mereka agar tetap setia sekalipun harus mempertaruhkan nyawa. Selain itu, kitab
ini ditulis untuk memperlengkapi orang beriman dengan berbagai pandangan Allah
terhadap perang yang sengit melawan kekuatan iblis. Allah akan menang dan
membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis.
3.
Komposisi Tulisan-tulisan Yohanes
3.1
Surat 1 Yohanes
Prolog :
·
Kenyataan Historis ajaran Kristen : 1:1-4
·
Berjalan dalam Terang: masalah
dosa :1:5-2:2
·
Melaksanakan Perintah : 2:3-17
·
Peringatan melawan guru-guru palsu,
anti Kristus : 2:18-27
·
Anak-anak Allah, anak-anak iblis,
kasih melawan kebencian : 2:28-3:24
·
Dua Roh :
4:1-6
·
Kasih Allah mendorong kita :
4:7-21
·
Iman: Kesimpulan :
5:1-13
Epilog :
·
Doa untuk para pendosa, ringkasan :
5:14-21
3.2
Surat 2 Yohanes
·
Pengantar :
ay. 1-3
·
Pernyataan kegembiraan atas syukur : ay. 4
·
Tubuh surat : ay. 5-11
·
Penutup : ay. 12-13
3.3
Surat 3 Yohanes
·
Pengantar : ay. 1
·
Ungkapan kegembiraan : ay. 2-4
·
Tubuh surat : ay. 5-12
·
Penutup : ay. 13-15
3.4
Kitab Wahyu
a.
Pembuka (prolog): 1:1-20
·
Kata pembuka : 1:1-3
·
Salam : 1:4-8
·
Penglihatan Permulaan : 1:9-20
b.
Surat kepada Tujuh Gereja (Jemaat)
: 2:1-3:22
·
Surat kepada Jemaat di Efesus : 2:1-7
·
Surat kepada Jemaat di Smirna : 2:8-11
·
Surat kepada Jemaat di Pergamus : 2:12-17
·
Surat kepada Jemaat di Tiatira : 2:18-29
·
Surat kepada Jemaat di Sardis : 3:1-6
·
Surat kepada Jemaat di Fildelfia : 3:7-13
·
Surat kepada Jemaat di Laodikia : 3:14-22
c.
Penglihatan akan Hal-hal yang akan
Terjadi : 4:1-22:5
·
Penampakan di Surga : 4:1-5:14
·
Tujuh Materai : 6:1-8:1
·
Naga dan Anak Domba : 12:1-14:20
·
Dua Binatang (Buas) dari Laut : 13:1-18
·
Selingan: Tiga Penglihatan : 14:1-20
·
Tujuh Cawan : 15:1-16:21
·
Kehancuran Babel, Kekalahan
Binatang dan nabinya dan Kejatuhan Iblis
:
17:1-20:10
·
Penghakiman Terakhir, Langit yang
Baru, Bumi yang Baru dan Yerusalem yang baru : 20:11-22:5
d.
Kesimpulan Akhir (Epilog) : 22:6-21
4.
Pokok-pokok Ajaran Teologis Tulisan-tulisan Yohanes
4.1
Surat 1, 2, 3 Yohanes
a)
Kristologi
Surat Yohanes menekankan bahwa Yesus adalah Kristus, yang telah datang sebagai
manusia.Yesus diyakini telah ada sebelum segala sesuatu diciptakan
(pre-eksistensi Logos). Teologi ini sejalan dengan Injil Yohanes di mana Yesus
adalah Firman yang menjadi manusia. Namun titik perdebatannya bukanlah soal
pre-eksistensi Kristus tapi bagaimana pemahaman akan penjelmaan Yesus ke dunia.
Para pembelot berusaha menentang kemanusiaan Yesus dan peranan
penyelamatan-Nya. Dalam perkembangan sejarah Gereja, ada yang mengajarkan bahwa
Kristus yang adikodrati turun kepada manusia Yesus waktu baptis, mewahyukan
Allah selama karya pelayanan-Nya, dan meninggalkan Yesus sebelum wafat-Nya.
Dalam hal ini, Kristus dipahami hanya menyentuh sisi kemanusiaan-Nya, dan sama
sekali tidak menyentuh kematian-Nya. Para pembelot memiliki pandangan yang ke
arah demikian. Bagi mareka, kemanusiaan Kristus tidak penting bagi keselamatan.
Inilah yang dipahami dengan ungkapan Yesus datang hanya melalui “air” (baptis).
Sementara Surat Yohanes menekankan kemanusiaan, kematian dan fungsi
keselamatan, serta kurban bagi dosa-dosa manusia. Inilah alasan mengapa Yohanes
mengatakan bahwa Yesus datang melalui air, juga melalui darah (penebusan
melalui kematian).
Bagi Yohanes, Yesus adalah sungguh-sungguh Anak Allah, namun kebenaran
dan nilai kemanusiaan-Nya sebaga Anak tidak pernah dikurangi. Penekanan
kemanusiaan Yesus ini Yohanes menekankan bahwa karya-Nya dalam daging justru
mengambil bagian identitas-Nya sebagai Kristus.
b)
Etika-Moral
Iman dan kasih adalah dua hal yang mencerminkan ajaran moral dari
tulisan ini. Yohanes memberi perhatian akan orang-orang (jemaat) yang imannya
luntur dan tercemar dengan pandangan-pandangan yang menyimpang. Ia juga
prihatin terhadap orang-orang yang meninggalkan imannya dan lebih memilih
memisahkan diri dari komunitas Kristen. Dalam hal ini, kasih mereka telah
ternoda dan tercela. Karena itu, surat ini mengajak pembaca untuk mengimani apa
yang diajarkan sejak permulaan (1 Yoh. 1:1; 2:7, 24), serta mengajak pembaca
untuk mengasihi Allah dengan cara mengasihi sesama. Ajaran moral ini secara
jelas termuat pada 3:3, 3:7, dan 3:23.
c)
Eskatologi
Surat 1,2,3 Yohanes memuat dua gagasan dalam eskatologi, yakni eschatologia realista dan eschatologia futura. Eschatologia realistaadalah
eskatologi yang kita terima ketika kita telah bersatu dengan Allah melalui
jalan-Nya. Kesatuan itu menjadi sumber kepastian untuk masa depan manusia, dan
disediakan bagi mereka yang sudah menjadi anak-anak Allah. Sedangkan eschatologia futuraadalahperingatan bagi
mereka yang tidak mempedulikan peringatan-peringatan bahwa waktu penghakiman
sedang datang ketika Kristus menyatakan diri-Nya.
d)
Pnumatologi (Parakletos)
Dalam Surat Yohanes peranan Roh Kudus sebagai perantara (parakletos) juga hadir, meskipun tidak
se-eksplisit dalam Injil Yohanes. Ide ini muncul dalam 1 Yoh. 2:1, di mana kata
itu dilekatkan pada diri Yesus yang menjadi perantara manusia di hadapan
Bapa-Nya. Kata ini juga muncul pada 1 Yoh. 2:20-27 pada upacara pengurapan
meskipun tanpa penjelasan yang cukup. Petunjuk lain tentang Roh Kudus dapat
dijumpai dalam 1 Yoh. 4:13 dan 5:6-7.
Seorang ahli Kitab Suci berpendapat bahwa para anti Kristus meyakini
Roh Kudus berpihak pada mereka. Karena itu Yohanes merasa tidak perlu
menonjolkan peranan Roh Kudus.
4.2
Kitab Wahyu
a.
Allah
Dalam Kitab Wahyu Allah digambarkan sebagai Tuhan absolut dunia dan
sejarah, dan dari-Nya tiada suatupun yang sanggup melarikan diri. Dialah
kekuasaan tertinggi alam semesta yang menguasai dunia dan sejarah.
Dalam Kitab ini ada bermacam-macam gelar yang diberikan kepada Allah,
yakni:
·
Allah: Gelar yang yang paling
sering digunakan tanpa tambahan apa-apa (65 kali), mempunyai arti umum seperti
Tuhan, YHWH, Elohim.
·
Tuhan Allah, Yang Mahakuasa: gelar
yang berakar dari tradisi Perjanjian Lama. Gelar ini memiliki arti bahwa Allah
adalah kekuatan yang akan menghancurkan segala macam rintangan.
·
Kudus: gelar yang mengungkapkan
kesetiaan dan ketetapan hati Allah yang tidak pernah berubah dalam rencana
penyelamatan-Nya.
·
Adil: gelar yang diperuntukkan
untuk menegakkan keseimbangan yang telah goyah karena pergumulan antara
kekuatan baik dan kekuatan jahat.
·
Bapa Kristus: gelar yang sering
dicapkan oleh Yesus untuk menunjukkan diri-Nya sebagai Putra Bapa. Namun
sebutan ini juga berhubungan dengan orang-orang Kristiani, yang adalah imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya (1:6).
Selain gelar-gelar di atas, masih banyak gelar yang dipakai untuk
menyebut Allah dalam Why ini, seperti yang duduk di atas takhta (4:2), yang hidup (4:9,10; 7:2; 10:6; 15:7),
pencipta (4:11, 14:7) dan yang mengadili semua yang mati (20:12-15). Apabila semuanya dirangkum, maka dapat dikatakan bahwa Allah adalah
Dia yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang (1:4; 4:8; 11:17).
Artinya, Allah yang berkuasa atas seluruh sejarah. Dengan demikian proses
penyelamatan Allah sedang berjalan, berkembang dengan mengalahkan kekuatan
jahat, dan membaharui segala-galanya, serta menyertai jemaat yang
diselamatkan-Nya (Yerusalem Baru).
b.
Kristus
Kristologi dalam Kitab Wahyu sangat kaya dan mendalam. Sebagaimana
gelar-gelar Allah di atas, Yesus juga memiliki banyak gelar yang diatributkan
kepada-Nya, antara lain:
·
Yesus: gelar yang dipakai untuk
menujukkan sisi Yesus historis atau juga pada penekanan hubungan dengan pribadi
Yesus (1:9; 12:17; 14:12 dsb).
·
Yesus Kristus: gelar yang dipakai
untuk menunjukkan ke-mesias-an Yesus (1:1.2.5).
·
Tuhan, Raja: gelar yang mempunyai
ciri liturgis yang juga menyatakan kuat-kuasa Kristus (22:20-21).
·
Anak Domba: gelar di mana Kristus
disebut sebagai Domba Paskah yang dibunuh (5:6.12), dimuliakan (5:6) dan menang
(6:1.16; 7:9).
Selain gelar-gelar tersebut masih cukup banyak gelar-gelar yang dialamatkan
pada Yesus, sepertiPetera
Allah, Sabda Allah, Yang Hidup, Yang Pertama dan Yang Terakhir, Saksi Yang
Setia, Yang mengatasi segala Raja di bumi, Singa dari Suku Yehuda, dan sebagainya. Pengungkapan kristologi yang bersifat sintesis
terutama terdapat dalam penglihatan awal di mana Kristus yang wafat dan
bangkit, memiliki semua sifat Allah, hidup dalam dan demi Gereja, memegang, memimpin
dan menuntun Gereja, menghakimi Gereja dengan sabda-Nya naik ke takhta Allah
dan mewujudkan kemenangan yang Ia peroleh berkat kebangkitan-Nya.
c.
Roh Allah
Pneumatologidalam Kitab Wahyu nampak kurang teratur. Sebagaimana dalam
Perjanjian Lama, Roh itu adalah milik Allah dan ada di hadapan-Nya. Roh Allah
yang menyatakan diri dalam berbagai macam wajah merupakan kekuatan ilahi dan
bekerja dalam panggung sejarah manusia (4:5; 5:6). Roh itu merasuk dalam diri
penulis (Yohanes), serta memberikan kehidupan bagi orang-orang “mati” (11:11).
Roh Allah menyatakan diri dan berkarya sebagai pribadi dan disebut Roh
Kudus. Roh itu menjadi nyata dalam hubungannya dengan Gereja “siapa bertelinga,
hendaklah mendengar apa yang dikatakan Roh pada Gereja” (2:7.11.17.29), dan menjiwai Gereja sebagai mempelai-Nya dan
mendukungnya dalam penantian akan akhir zaman (22:6).
d.
Eklesiologi
Istilah “gereja” (Yunani: ekklesia)
diartikan sebagai jemaat setempat, di tempat tertentu. Kata ini juga digunakan
untuk bentuk jamak (bdk. 22:16). Dengan demikian, gereja memiliki lingkup yang
lebih umum. Ketujuh jemaat di Asia sebenarnya adalah seluruh Gereja yang tidak
mengenal batas-batas geografis tertentu. Tuhuj adalah angka kesempurnaan.
Karena itu, ketika Yohanes mengirimkan pesannya kepada tujuh Gereja, itu
berarti dia mengirimkan pesannya untuk seluruh Gereja.
Raymond E. Brown mengungkapkan bahwa Gereja dalam Why adalah
keseluruhan umat Allah yang sedang berziarah di padang gurun (12:6) maupun yang
sudah mencapai garis akhir: Yerusalem duniawi (11:2) dan Yerusalem Baru
(21:1-22:5) yang didirikan di atas para rasul dari Anak Domba (21:14). Gereja
yang surgawi sekaligus duniawi di tengah-tengah penganiayaan yang dialaminya,
harus menyatakan Kristus (perempuan bermahkotakan matahari). Gereja dihubungkan
secara tak terputuskan dengan Kristus dalam ikatan cinta kasih. Gereja adalah
tunangan yang bercita-cita menjadi pengantin Kristus dan kota abadi (21:2.9;
22:17).
e.
Eskatologi
Berbagai tema eskatologis tersebar di seluruh Kitab Wahyu, antara lain:
tekanan pada waktu yang berlalu dan tidak akan ditunda lagi (10:6-8),
ancaman-ancaman (8:13), simbolisme bencana alam, perkembangan literer yang
menuju suatu kesimpulan akhir. Semuanya menuju pada suatu akhir definitif (eskhaton).
Busur sejarah keselamatan mencakup segala waktu: lampau, kini, dan masa
depan. Ini disimbolkan dengan gelar khusus bagi Allah: “yang ada, yang sudah
ada, dan yang akan datang” (1:4.8; 4:8). Frase tiga unsur ini pada tahap akhir
sejarah keselamatan akhirnya tinggal dua unsus dalam doksologi 11:15-19 (11:17,
“yang ada dan yang sudah ada”), sebab tahap akhir sudah tercapai. Masa depan
yang didambakan kini telah menjadi kenyataan.
Akhir eskatologis mempunyai relevansi dengan masa kini dan masa lampau.
Kejahatan, yang disimbolkan oleh Babel bersama dengan para pengikutnya,
ditaklukkan oleh Kristus, Anak Domba, Raja segala raja, Tuan atas segala tuan (17:14).
Kebaikan, yang hadir dalam sejarah kehadiran aktif Kristus dan para
pengikut-Nya, semakin berkembang sampai pada titik klimaksnya dengan menjadi
Yerusalem Baru.
5.
Contoh Eksegese Kitab Wahyu:
Why. 21:9-21 “Yerusalem Baru”
Pengantar:
Perikopsebelumnya (21:1-8)
memperlihatkan tentang langit baru dan bumi baru, kemudian berpuncak pada
Yerusalem Baru sebagai klimaks dari penglihatan Yohanes tentang akhir zaman. Penglihatan
akan Yerusalem Baru ini mengakhiri penghukuman terhadap klaim palsu binatang
dan Babel dalam perikop-perikop terdahulu. Karena itu bagian ini (21:9-21 = yang
akan dibahas dalam tulisan ini) akan diulas secara lebih dalam, karena perikop
ini merupakan sentral dan puncak dari penglihatan Yohanes sendiri.
Tafsir :
Yerusalem
Baru yang turun dari Surga (21:9-11). Pengantar dalam penglihatan mengenai
pengantin wanita mengingatkan pada pengantar dalam penglihatan atas pelacur
Babel. Di sini Yohanes dibawa ke atas gunung yang besar dan tinggi sebagaimana
dahulu yang dialami oleh Yehezkiel (Yeh. 40:2). Dalam Perjanjian Lama, gunung
yang tinggi menunjukkan tempat pertemuan antara Allah dan manusia. Hal ini
jugalah yang dahulu dialami oleh Musa ketika menerima dua loh batu berisi
dekalog.
Memang secara geografis, Yerusalem
terletak di atas bukit. Namun, dalam Why, tempat yang tinggi itu dikaitkan
dengan kota kudus, Yerusalem yang baru. Di atas gunung itu, Yohanes dapat
melihat Yerusalem Baru yang turun dari Surga (Allah). Maksud ungkapan itu
adalah bahwa Allahlah yang menganugerahkan kota kudus bagi orang-orang yang
setia terhadap iman mereka meski penuh dengan penganiayaan. Yerusalem Baru
adalah kota kemuliaan dengan cahaya permata yang paling indah bagaikan permata
Yaspis pada penutup dada Imam Besar. Gambaran ini menunjukkan keindahan
Yerusalem Baru sebagaimana kehadiran Allah di tengah-tengah manusia.
Tembok
Kota Yerusalem Baru (Why. 21:12-14). Gambaran tentang tembok terutama
diambil dari Yeh 40:5, meskipun gambaran kenabian lain tentang tembok Yerusalem
mungkin juga melatarbelakangi bagian ini (bdk. Yer. 30:18; Yes. 26:1; 60:10).
Dalam tradisi PL, tembok kota adalah representasi dari kota itu sendiri. Tembok
yang indah dan megah menggambarkan juga kemegahan dan keindahan kotanya. Tembok
juga dikaitkan dengan kekuatan pertahanan dari kota itu sendiri. Dalam
ayat-ayat ini dikatakan bahwa Yerusalem Baru memiliki tembok yang tinggi dan
besar. Hal ini melambangkan perlindungan dan pemeliharaan Allah yang kekal yang
berlaku bagi mereka yang beriman akan Allah.
“Tembok kota itu mempunyai duabelas batu
dasar dan di atasnya tertulis keduabelas nama rasul Anak Domba itu”. Ayat ini
dengan jelas melukiskan bahwa Yesus sebagai Anak Domba yang memiliki duabelas
rasul adalah dasar bangunan yang kokoh bagi Gereja-Nya. Gereja itu dibangun
atas dasar para rasul dalam persekutuan dengan orang-orang yang beriman pada
Kristus. Kota itu hanya bisa dimasuki melalui pintu gerbang bertuliskan
keduabelas suku Israel, yakni mereka yang telah ditebus oleh darah Kristus dan
menerima penyelamatan-Nya.
Dimensi
Kota Yerusalem Baru (Why. 21:15-17). Tindakan berikutnya melanjutkan
penggambaran tersebut. Seperti yang digambarkan dalam Yeh. 40, di sini pelihat
mengukur kota itu. Pengukuran menekankan kesempurnaan dan ukuran kota. Dengan
demikian Yohanes juga mau menunjukkan bahwa apa yang dia lihat bukanlah
fatamorgana, melainkan bahwa kota itu real yang bisa diukur. Dengan kata lain,
Yerusalem Baru itu sungguh-sungguh nyata dan kehadirannya sungguh dapat
dirasakan.
Kota itu berbentuk empat persegi. Bentuk
ini juga dapat dilihat sebagai bentuk peniadaan unsur-unsur kuil (berhala)
dalam dunia PL. Dengan kata lain, kota ini adalah kota kudus yang dibangun
dalam kumuliaan Allah. Sementara ungkapan “12 ribu stadia” adalah ukuran yang
sangat besar, sejalan dengan unsur keindahan dan kemegahan yang ada di
dalamnya.
Susunan Tembok Kota Yerusalem Baru (Why.
21:18-21). Batu-batu dalam tembok
rupanya berdasar pada Kel. 28:17-20. Beberapa ahli mencoba memberi tafsiran
antrologis terhadap berbagai batu yang disebutkan dalam ayat-ayat ini. Ada
duabelas jenis batu yang dipakai sebagai dasar kota Yerusalem Baru. Hal ini
melukiskan seluruh kekayaan dunia (Timur Tengah) berada di kota tersebut. Keindahan, kemewahan, dan kemegahan semakin
semarak dengan mutiara-mutiara yang terdapat pada pintu gerbang kota. Inilah
kota yang sangat layak dianugerahkan bagi mereka yang setia dan taat akan
imannya meski menghadapi berbagai penderitaan.
Penutup:
Ada dua kenyataan yang dihadirkan
oleh penulis kitab untuk melukiskan situasi pada zaman itu. Dua kenyataan itu
hadir melalui doa kota yang memiliki nasib yang bertolakbelakang. Pertama, kota
Babel sebagai kota “pelacur besar” yang diruntuhkan oleh Allah karena dihuni
oleh orang-orang berdosa: pembunuh, orang-orang sundal, para tukang sihir, dan
penyembah berhala. Kedua, kota Yerusalem Baru yang turun dari surga (Allah)
dengan segala keundahan dan kemegahan yang dianugerahkan bagi orang-orang yang
percaya, setia, dan taat akan Allah meski melalui berbagai penderitaan.
Daftar Bacaan:
Beasley - Muray.The
Book of Revelation. London: Marshall and Scott Plublished. 1992.
Flanagan, Neal M. “1,2,3 Yohanes”,dalam Dianne Bergant –
Robert J. Karris (ed.).Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Judul asli: Collegeville Bible
Commentary). Diterjemahkan oleh A.S. Hadiwiyata – Lembaga Biblika Indonesia. Yogyakarta: Kanisius,
2002, hlm. 460-471.
Howard, Marshall I. “The Epistle of John” dalam Raymond
E. Brown - Yoseph A. Fitmyer – Roland E. Murphy (ed), The New Jerome Biblical Commentary. London: Geoffrey Chapman. 1990.
Mahulae, Kristinus C. Surat
- surat Katolik. Pematangsiantar: STFT St. Yohanes Pematangsiantar, 1990.
(diktat)
Perkins, Pheme. “Wahyu”,dalam Dianne Bergant – Robert J. Karris (ed.).Tafsir Alkitab Perjanjian Lama
(Judul asli: Collegeville Bible
Commentary). Diterjemahkan oleh A.S. Hadiwiyata – Lembaga Biblika Indonesia. Yogyakarta: Kanisius,
2002, hlm. 477-516.
Toni, Paulus Tantiono. Kitab Wahyu. Pematangsiantar: STFT St. Yohanes Pematangsiantar,
1998. (diktat).
Westermann, C. The
Handbook of the New Testament. Minnesota: Augsburg Publishing House. 1969.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar